Sahabat Ummi, kita tidak akan pernah melupakan sebuah kata pepatah yang hampir basi didengar. Pepatah itu mengatakan bahwa, "banyak anak banyak rezeki." Namun faktanya? Semua umat berbondong-bondong pasang KB agar kelahiran anak dibatasi (mungkin beda kasus ya kalau intruksi karena alasan medis semisal pasca operasi caesar atau alasan medis lainnya) tapi faktanya yang melahirkan normal pun membatasi kelahiran dengan KB.
Selain rezeki, tentu saja ada pertimbangan-pertimbangan lain yang kita pendam untuk memperlambat memiliki banyak anak. Asas kerepotan lah, asas ketidakbisaan membagi waktu lah, asas pekerjaan lah dan lain sebagainya. Namun jika kita gali ke dasar jiwa kita. Ini pasti ada alasan yang sangat masuk akal, kenapa kita mesti banyak anak? Pasti ada alasan yang jelas kenapa sih kita harus memiliki banyak keturunan?
Dan inilah beberapa alasan diantaranya :
1. Banyak anak (memang) banyak rezeki
Ini memang seperti pepatah yang cukup basi ya. Tapi percayalah ini masih relevan kok. Karena semakin banyak keturunan, maka kelak saat kita tua akan semakin banyak yang menyayangi kita, yang mengurus kita, yang akan menenangkan kita saat masa masa kritis di usia lanjut kita.
Bukan hanya itu, rezeki anak selalu saja datang tak terduga. Dan memang begitu adanya. Semisal sebelum memiliki anak kondisi keuangan biasa-biasa saja, cenderung terhimpit bahkan carut-marut. Namun, setelah memiliki anak? Ada adaaa saja ya jalan rezeki yang di buka oleh Allah. Baik lewat karir yang naik, atau usaha yang maju atau tiba tiba ada proyek yang tak terduga dan menghasilkan sejumlah uang? Dan itulah yang kita maksud dengan banyak anak banyak rezeki.
Lantas, bagaimana dengan kondisi finansial yang masih menghimpit dan masih minim saat banyak memiliki anak?
Percayalah... lebih banyak kemudahan yang di turunkan oleh Allah di bandingkan dengan kesulitan. Lebih banyak nikmat yang di turunkan oleh Allah kepada kita di bandingkan dengan derita. Dan mungkin modal itu yang harus kita syukuri. Dan segala nikmat, segala kemudahan, segala kebahagiaan yang kita miliki adalah rezeki, rezeki dan rezeki yang diberikan Allah untuk kita.
2. Agar mengerti arti tanggung jawab
Sahabat Ummi, memiliki anak artinya memiliki sejumlah tanggung jawab baru. Berbeda dengan kondisi kita yang masih couple, berdua saja, tanpa ada beban tambahan. Namun setelah memiliki anak? Artinya kita akan di hadapkan pada tanggung jawab baru. Beban yang baru? tanggung jawab apa? banyak hal, yaitu: tanggung jawab mendidik anak, tanggung jawab mengurus dari bayi sampai dewasa, tanggung jawab menjaga kehormatan, tanggung jawab memberikan finansial dan segala macam. Dan disitulah kita akan mudah mengerti arti tanggung jawab melalui pendidikan alam, melalui pendidikan hidup selama proses mengemban amanah anak.
3. Agar diri kita semakin tertarbiyah melalui pendidikan alami mengasuh anak
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Itu juga pepatah yang sering kali kita dengar. Dan memang benar adanya, ilmu pengetahuan akan menaikkan derajat kita. Pengalaman yang membuat karir kita semakin meningkat. Pengalaman juga yang akan membuat kita semakin yakin akan kemampuan diri kita. Termasuk kemampuan kita dalam mendidik, menjaga, mendistribusikan ilmu-ilmu kita kepada anak kita.
Pernah ya kita dengar nasihat orang tua kita. �Nanti juga akan bisa dengan sendirinya. Nanti juga akan tahu dengan sendirinya.�
Dan betul, Semuanya akan menjadi tahu melalui pengalaman-pengalaman hidup kita. Dan hal itu akan otomatis secara alamiah akan mentarbiyah diri kita. Mentarbiyah kemampuan kita dalam mengurus anak, mentarbiyah kita dalam mendewasakan hidup kita. Termasuk mentarbiah jiwa-jiwa kita dalam menahan beban, emosi dan segala tantang hidup kita.
4. Agar kita tidak lupa akan jasa-jasa orang tua dahulu
Semakin kita sering mengurus anak kita. Semakin sering kita berinteraksi dengan anak kita. Semakin sering kita mendapat beban dalam mendidik anak kita. Maka diam-diam dalam sanubari kita ada sesuatu yang menelusup. Sebuah perasan angan-angan yang jauh di dasar hati kita mengatakan. �Begini ya rasanya mengurus anak. Begini ya rasanya diri ini marah, sebal, kecewa dan pusing dalam ngurus anak kita.�
Dan hal itu sungguh telah menyadarkan kita cara berbakti kepada orang tua kita sebaik-baik kita berbakti. Dengan cara itu pula kita menjadi sadar sesadar sadarnya kalau perjuangan orang tua kita dalam membesar anaknya sungguh terjal luar biasa. Dan hal itu kemudian akan memberikan efek positif dalam jiwa kita untuk senantiasa ingin berjuang. Berjuang dan terus berusaha bagaimana caranya sekuat tenaga kita untuk tetap membahagikan, tidak pernah mengecewakan kedua orang tuanya.
5. Agar kita semakin giat untuk berusaha
Tantangan, masalah rumah tangga, masalah finansial, tingkat kebutuhan yang menjulang tinggi mengasah kita menjadi orang tua yang tangguh. Mengasah kepribadian orang tua menjadi kedua orang tua yang tak kenal lelah, pantang menyerah dan anti putus asa. Semua hal. Iya, semua hal baik jiwa, harta dan nyawapun akan menjadi taruhan kita dalam memperjuangkan kehidupan anak kita.
Dan dengan banyak anak? maka efek positifnya adalah kita menjadi semakin tertantang untuk mencari rezeki yang lebih banyak. Kita menjadi tertantang untuk terus giat berusaha, dan kita menjadi terdidik untuk anti dalam kemalasan. Kita juga menjadi malu jika kondisi hidup tidak berubah. Dan tentu saja, kehadiran anak-anak kita juga menjadi feedback positif bahwa ada sesuatu yang harus diperjuangkan. Ada sesuatu yang harus di peraturhkan yaitu harga diri di atas anak-anaknya. Dan itu memerlukan kerja keras yang luar biasa harus diperjuangkan.
6. Agar memiliki generasi penerus tanpa putus
Generasi, pengkaderan atau apalah namanya tidak mudah seperti apa yang kita pikirkan, hanya dengan dakwah fardiyah semata. Tapi hal yang paling mendasar adalah di mulai dari diri kita, kemudian keluarga kita, barulah menyebar ke hal-hal lain (baca : orang lain).
Bukankah tujuan kita berumah tangga, tujuan kita menikah dan tujuan kita bepasang-pasangan adalah untuk menambah long list generasi-generasi unggulan di masa depan.
Sumber : ummi-online.com