Showing posts with label Peristiwa. Show all posts
Showing posts with label Peristiwa. Show all posts

Monday, November 7, 2016

Sekretariat HMI Didatangi Puluhan Polisi, Sekjen HMI Dibawa Tengah Malam.

Sekretariat HMI Didatangi Puluhan Polisi, Sekjen HMI Dibawa Tengah Malam.

Media Dakwah - Polisi menangkap mahasiswa bernama Ismail Ibrahim (23) yang diduga kuat jadi perusuh saat aksi demo 4 November 2016. Tidak lama setelah itu, polisi mengamankan Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ami Jaya. Ami dijemput polisi di gedung Sekretariat PB HMI, Jakarta Selatan.

"Iya benar bahwa Sekjen kami ditangkap polisi," ujar Wasekjen PB HMI Ilham Akbar saat dihubungi detikcom lewat telepon, Selasa (8/11/2016) dini hari tadi.

Menurut Ilham, Ami dijemput polisi di Sekretariat PB HMI, Jalan Sultan Agung No 25A, Jakarta Selatan, sekitar pukul 00.00 WIB dini hari. Polisi datang dengan membawa surat penangkapan dan penggeledahan di gedung tersebut. 

Awalnya, pihak HMI menolak menyerahkan Ami Jaya dengan alasan akan diantarkan sendiri oleh pengurus HMI ke pihak kepolisian. "Awalnya kami tidak mengizinkan untuk dibawa paksa," ujar Ilham.

Karena Ami Jaya tidak diizinkan dibawa, lanjut Ilham, polisi yang berjumlah lebih dari 10 orang tiba-tiba berniat membawa Ketua Umum PB HMI Mulyadi ke dalam mobil polisi. Tindakan itu sempat dicegah oleh beberapa pengurus HMI.

"Setelah melakukan dialog, maka kami memberikan syarat Ami Jaya akan kami bawa ke polisi tanpa menggunakan kendaraan dari pihak kepolisian," ucapnya.

Ami Jaya saat ini telah berada di Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan dari pihak kepolisian. Belum ada informasi dari polisi terkait dijemputnya Sekjen HMI ini untuk diperiksa.

Sebelumnya, Polisi menangkap Ismail Ibrahim yang diduga kuat melakukan penyerangan ke aparat dalam aksi demo 4 November. Dia diringkus di rumah anggota DPD RI Basri Salama.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengatakan, Ismail Ibrahim diduga ikut melakukan penyerangan terhadap aparat. "Yang bersangkutan melakukan penyerangan kepada petugas karena ikut teman yang lain yang sudah melempari dan menyerang serta terprovokasi oleh kata-kata dari orator di atas mobil komando untuk tidak takut dan terus maju," kata Hendy saat dikonfirmasi detikcom.

Hendi menyebut, Ismail merupakan mahasiswa semester 5 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi di sebuah kampus swasta di Jakarta Selatan. Dia juga merupakan ketua Himpunan Mahasiswa Sosiologi.[detik]

Amien Rain : Hai Bung Jokowi, Bangun, bangun, bangun !

Amien Rain : Hai Bung Jokowi, Bangun, bangun, bangun !

Media Dakwah - Demo ummat Islam yang dipimpin para ulama, zuama, dan habib Jakarta plus tokoh-tokoh berbagai kalangan (LSM, musisi, politisi, dll) 4 November lalu berlangsung damai. Memang ada kericuhan sekitar pukul 20.00 WIB, tetapi secara keseluruhan aksi itu berakhir damai. Alhamdulillah.

Saya berada di tengah massa pengunjuk rasa yang jumlahnya mungkin tiga kali lebih besar dari demo politik 20 Mei 1998 di halaman gedung DPR/MPR yang dijuluki sebagai people power Indonesia. Saya terharu melihat kehati-hatian para pemuda yang berdemo itu. Terlalu sering saya mendengar seruan para satgas: �Awas, jangan menginjak-injak rumput�, �Hei, hei, jangan menginjak tanaman�, juga seruan �Hati-hati, hati-hati, provokasi.�

Karena itu, di pengujung demo ketika terjadi pembakaran tiga mobil polisi, saya yakin, kejadian itu mustahil dilakukan demonstran. Mereka tulus dan tampak gembira sambil saling mengingatkan bahaya provokasi dari luar. Di samping pekikan takbir, lagu-lagu perjuangan juga terus diperdengarkan.

Soal cinta mereka pada sang saka merah putih juga sangat mengesankan. Seorang Satgas bercerita pada saya, dia dan teman-temannya kecewa berat ketika pada 3 November sore mencari bendera merah putih ke Pasar Senen, ternyata sudah ludes. Bendera merah-putih dengan berbagai ukuran sudah diborong habis peserta demo.

Kita juga melihat bendera merah putih ukuran raksasa dibentangkan di atas kepala ribuan pendemo yang berkerumun di Bundaran Bank Indonesia. Allahu Akbar. Kesetiaan pada agama dan cinta Tanah Air dari lautan manusia itu membuat banyak mata berkaca-kaca. Bahkan, banyak ibu-ibu yang mengusap air mata yang mengalir di pipi mereka.

Bung Jokowi, rasanya demo 4 November lalu adalah terbesar yang pernah terjadi di persada Indonesia. Sekali-kali jangan Anda remehkan. Dari Maluku sampai Aceh, dari Medan sampai Malang, dari Solo sampai Makassar, dari semua kota besar dan mungkin semua kabupaten, masyarakat bergerak ikhlas dan spontan menuntut hal yang sama: Adili Ahok, penista Alquran dan penghina ulama, secepat mungkin.

Tidak mungkin ada seorang tokoh dengan karisma sehebat apa pun, tidak ada koodinator lapangan (korlap) dengan biaya sebanyak apa pun, dan tidak ada kekuasaan yang berasal dari mana pun dapat menggerakkan jutaan anak bangsa dengan tuntutan yang sama.

Bung Jokowi, saya yakin aksi damai 4 November itu digerakkah para malaikat. Ramalan cuaca Badan Meteorologi mengatakan 4 November akan ada hujan lebat. Ternyata? Mendung merata melingkupi Jakarta sehingga demonstran ikut sejuk hatinya, di samping memang sudah diniatkan sejak awal harus menjadi demo sejuk dan damai.

Sesuai ramalan ilmiah BMKG, harusnya Jakarta mengalami hujan dan petir di Jumat siang. Namun tidak ada gerimis, tidak terlihat kilat petir, apalagi geluduk yang sering membarengi hujan lebat. Manusia boleh meramal, tapi takdir Allah yang berjalan.

Bung Jokowi, saya dapat sepenuhnya memahami, bila ratusan ribu (ada yang memperkirakan sekitar satu juta orang) peserta aksi damai 4 November itu sangat kecewa dengan Anda. Bukankah Anda Presiden mereka juga?

Mengapa Anda memilih menghindar dan pergi ke bandara melihat-lihat hal sepele yang bisa Anda tunda kapan saja? Mengapa Anda menggunakan teknik prokrastinasi (mengulur-ulur waktu), mengabaikan hal mendesak yang harus segera diatasi dan mengalihkan perhatian ke sasaran lain yang jelas dapat ditunda?

Ketika kita kaget demo 14 Oktober di depan Balai Kota dan Kantor Bareskrim menghadirkan puluhan ribu orang, dengan tuntutan yang Anda tentu sudah mahfum, tiba-tiba Anda menggebu bicara pungli. Pungli! Teknik prokrastinasi itu ternyata kandas.

Mestinya Bung Jokowi tidak mengulangi teknik yang sama menghadapi demo 4 November, yang menurut saya, sudah sampai ke tahapan unstoppable. Tidak mungkin lagi dapat dihentikan. Dengan memakai teknik apa pun, apakah dengan ancaman, hardikan, dengan iming-iming berbagai janji yang membius, yakinlah, semuanya akan kandas.

Namun Bung Jokowi, kita mengucap alhamdulillah, setelah kita mendengar garansi Anda tentang kasus skandal Ahok yang Anda sampaikan di Istana pada dini hari 5 November. Sikap Anda yang tegas memang sudah ditunggu dalam sebulan terakhir ini.

Setelah Anda kabur menghindar, akhirnya Anda berjanji, �...bahwa proses hukum terhdap saudara Basuki Tjahaja Purnama akan dilakukan secara tegas, cepat, dan transparan� kemudian, Anda mengatakan sesuatu yang melegakan, �Biarkan aparat keamanan menyelesaikan proses penegakan hukum seadil-adilnya.� Dus, penegakan hukum atas skandal Ahok yang tegas, cepat, transparan, dan adil.

Bung Jokowi, satu hal penting harus saya ingatkan. Dalam kehidupan orang Jawa, harga diri keluarga, dan harga diri menyangkut hak milik kita wajib kita dilindungi. Guru bahasa Jawa saya di SMP Muhammadiyah Solo menyuruh murid-muridnya menghafal di luar kepala selusinan petatah-petitih Jawa. Antara lain: sadumuk bathuk sanyari bumi, pecahing dada, wutahing ludira, ditohi pati.

Karena Anda juga lahir dan besar di Solo, guru bahasa Jawa Anda tentu juga mengajarkan hal ini. Bila satu atau dua jari lelaki lain berani sembarangan memegang dahi istri, orang Jawa akan mengambil risiko dadanya terbelah dan darahnya tumpah, bahkan nyawa pun dipertaruhkan untuk melindungi kehormatan keluarga. Demikian juga bila sejengkal tanah miliknya diserobot orang lain.

Bung Jokowi, orang beriman menempatkan Allah, Rasul, dan Kitab Suci-Nya jauh di atas sadumuk bathuk, sanyari bumi tersebut. Alquran  surat At-Taubah 24 dengan jelas menerangkan, bila kaum beriman mencintai bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga dekat, harta kekayaan mereka, perniagaan yang ditakuti ruginya, sampai rumah yang disenanginya ternyata lebih besar dari cinta pada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya, maka mereka dipersilakan menunggu keputusan (palu godam) dari Allah.

Bung Jokowi, lautan manusia yang berdemo di depan Istana 4 November lalu sedang mengekspresikan kecintaan puncak pada agama mereka. Kami bukannya tidak tahu kesulitan Anda menghadapi skandal Ahok itu. Ibarat menghadapi buah simalakama, mungkin tepat sebagai analogi posisi Anda menghadapi skandal Ahok. Memang sangat dilematis.

Bila Anda dorong proses hukum yang tegas, cepat, transparan, dan adil, dan hasil logisnya Ahok terkena hukuman badan, sejumlah pemodal yang cukup digdaya yang mungkin telah banyak membiayai kampanye Anda sewaktu maju di Pilkada Jakarta dan kemudian pilpres, akan marah besar.

Karena itu, Anda jadi gamang. Ahok adalah kunci awal untuk melicinkan rencana besar mereka buat negara kita. Ini hipotesis saya.

Sebaliknya, bila Ahok lolos dari jeratan hukum karena praktik hukum Indonesia sering bisa dibengkak-bengkokkan, sebagian rakyat (sebagian besar rakyat, saya yakin), akan membuat perhitungan dengan Anda. Dengan kata lain, people power yang dikhawatirkan banyak kalangan bisa menjadi kenyataan.

Akhirnya, Bung Jokowi, saya harap dalam situasi pelik ini sisa-sisa jiwa petarung Anda dapat muncul lagi. Anda dulu, sebagai wali kota Solo berani menentang keinginan pemodal besar yang ingin membangun mal di atas lahan bangunan kuno bekas pabrik es Saripetojo.

Alasan Anda tegas: keberadaan mal bisa menggerus rezeki rakyat kecil yang sudah puluhan tahun berdagang di sekitar lokasi. Malah bangunan pabrik es itu (didirikan pada 1888) layak dijadikan cagar budaya.

Jiwa petarung Anda muncul lagi setelah jadi presiden. Anda tetap melaksanakan hukum mati 10 orang bandar narkotika, semuanya asing, kecuali satu. Tjahjo Kumolo mengatakan, Anda berprinsip sekalipun ada 1.000 negara lain dan 1.000 Sekjen PBB mengancam, hukum mati tetap dilaksanakan. We were proud of you.

Ayo, Bung Jokowi, kali ini tunjukkan jiwa petarung Anda. Jangan sampai muncul people power di Indonesia gara-gara seorang Ahok. Anda tahu, di Amerika Latin, di Timur Tengah, dan di Asia tidak ada kepala negara dapat mengalahkan people power rakyatnya. Kita sudah dua kali menyaksikan itu di Indonesia. Pada 1966 dan 1998.

Saya yakin Anda bisa. Dengarkan baik-baik masukan dari berbagai kalangan, jangan hanya mendengarkan orang sekeliling yang pasti bermental ABS. Seorang pemimpin runtuh biasanya karena masukan picik orang-orang sekeliling sang pemimpin. Orang-orang yang berpikir jangka pendek dan kehilangan wawasan jangka panjang dan buta, tuli, serta pekok terhadap kepentingan nasional bangsanya.

Bung Jokowi, hari sudah menjelang pagi. Bangun, bangun, bangun..!.[republika]

Apresiasi Prajurit, Jokowi : "Sebagai Panglima Tertinggi TNI, Saya..."

Apresiasi Prajurit, Jokowi : "Sebagai Panglima Tertinggi TNI, Saya..."

Media Dakwah - Presiden Joko Widodo kemarin mengunjungi sejumlah pihak yang berkaitan dengan aksi demonstrasi 4 November lalu. Dimulai dari Mabes TNI AD.

Di lokasi tersebut, Presiden mengapelkan 2.185 pasukan yang terlibat dalam pengamanan aksi demonstrasi.

Dia mengapresiasi kerja keras para prajurit dalam mengamankan jalannya aksi sehingga berlangsung damai sampai selesai.

��Saya yakin bukan hanya saya, namun seluruh rakyat Indonesia memberikan apresiasi atas soliditas, kekompakan, dan penggunaan caracara persuasif,�� tuturnya.

Dia ingin TNI dan Polri menjadi agen utama dalam mempersatuakan bangsa Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau, beragam suku, ras, dan agama.

TNI dan Polri diminta untuk tidak ragu-ragu bertindak untuk menjaga keutuhan bangsa.

��Sebagai panglima tertinggi TNI, saya telah memerintahkan agar tidak mentolerir gerakan yang ingin memecah belah bangsa, mengadu domba bangsa dengan provokasi dan politisasi,�� tegasnya.

Disinggung mengenai aktor politik yang dituding melakukan provokasi, Jokowi menjawab diplomatis. ��Nanti kita lihat, nanti kita lihat,�� ucap Kader PDIP itu.

Begitu pula saat sorenya Jokowi mengunjungi kantor PBNU. Dia diterima oleh Rais Aam PBNU KH MA�ruf Amin dan Ketua Umum Tanfidziyah NU KH Said Aqil Siroj.

Dia mengapresiasi NU yang menjadi penyangga utama NKRI dan Pancasila. Khususnya, yang berkaitan dengan toleransi dan persatuan bangsa.

Selain itu, dia mengapresiasi jajaran PBNU atas pernyataan-pernyataan yang mampu mendinginkan suasana.

��Sehingga demo 4 Nvember kemarin sampai sore berjalan dengan baik dan damai,�� terang mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Sementara itu, Said Aqil secara terbuka melontarkan kritik atas pernyataan Jokowi yang menyebut kerusuhan usai aksi demo ditunggangi aktor politik.

��Tidak tepat untuk menstigma bahwa aksi damai 4/11 ditunggangi oleh kelompok-kelompok tertentu,�� ujarnya.

Menurutnya dia, lebih baik aksi demonstrasi tersbeut menjadi pelajran bagi semua pihak.

Dia juga menilai pemerintah lamban dalam melakukan komunikasi politik dengan rakyat. NU mendesak pemerintah agar segera berdialog secara lebih intensif dengan seluruh tokoh lintas agama dan para pemuka masing-masing agama.

Harapannya, ke depan bisa terbangun suasana yang lebih kondusif.

Khusus bagi warga NU, Said Aqil mengingatkan bahwa umat Islam Indonesia masih punya agenda besar.

Ada tantangan ekonomi, budaya, radikalisme, dan terorisme yang masih harus diselesaikan bersama-sama demi kemaslahatan umat.

��Jauh lebih besar daripada ngurusi yang satu orang ini lah (ahok),�� tambahnya.[jpnn]

Fokal IMM Laporkan Pelanggaran HAM pada Demo 4 November yang Dilakukan oleh Pihak Pengamanan


Media Dakwah - Forum Keluarga Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (Fokal IMM) melaporkan sejumlah kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang dilakukan oleh aparat kepolisian pada aksi damai Jumat 4 November, lalu. Saat penanganan demonstrasi tersebut, ada beberapa hal yang dinilai sangat berlebihan. 

"Dalam demonstrasi yang dilakukan pada 4 November tersebut, kami melihat ada pelanggaran HAM khususnya dilakukan pihak pengamanan," ujar Sekjen Fokal IMM, M Azrul Tanjung, saat melaporkan kasus tersebut ke Komisi Nasional HAM (Komnas HAM) di Jakarta, Senin (7/11).

Azrul menilai, sejak awal para pendemo berusaha untuk mengimbau agar tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai. "Tapi kenyataannya, pada penanganan demo tidak sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Misalnya Wakil Presiden dan Kapolri sudah meminta untuk menembakkan gas air mata, tapi kenyataannya oknum aparat malah menembakkan gas air mata," ujarnya.

Akibat tembakan gas air mata tersebut, lanjut dia, dua korban tewas. Azrul menilai korban tewas dipicu oleh tembakan gas air mata yang ditembakkan oleh aparat. Pihaknya juga menemukan bahwa selongsong gas air mata yang digunakan tidak boleh lagi digunakan. Bahkan, dilarang oleh PBB sekalipun.

Selain itu, Azrul menilai ada beberapa kelompok pendemo yang bukan bagian dari pendemo itu sendiri. "Jadi ada semacam rekayasa, sehingga terjadi bentrokan," ujarnya. 

Kuasa Hukum Fokal IMM, Ikhsan mengatakan, ada prosedur penanganan yan tidak sesuai terjadi pada penanganan demo tersebut. Untuk itu, dia meminta pihak Komnas HAM melakukan upaya pengusutan terhadap dugaan pelanggaran HAM itu.

Sementara itu, Ketua Komnas HAM Imdadun Rahmat, mengatakan pihaknya akan melakukan kajian terhadap pengaduan tersebut. "Kami menerima pengaduan ini dan akan memanggil orang-orang yang berkaitan dengan dugaan pelanggaran HAM tersebut. Perlu diketahui, kami juga menurunkan tim pemantauan dalam aksi demo tersebut," kata Imdadun.

Dia mengatakan, Komnas HAM akan melihat apakah ada pembangkangan dari prosedur yang ditetapkan dan konsekuensinya terhadap masyarakat. Fokal IMM juga membuka laporan pengaduan pelanggaran HAM pada aksi damai tersebut. Masyarakat bisa melaporkannya ke Sekretarian Fokal IMM Jalan Matraman Dalam 1 No 1 Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. [rol]

Kapolda Metro Jaya Provokasi Massa Aksi Damai Bela Islam? Ini Videonya, Dia Suruh FPI Pukuli HMI


Media Dakwah - Aksi Bela Islam 4 November 2016 menjadi aksi terbesar dan menggetarkan dengan sekitar dua juta massa Umat Islam yang datang dari berbagai pelosok tanah air.

Aksi ini aksi damai, berjalan tertib dari siang hingga malam. Semua mengapresiasi, kagum dengan aksi jutaan massa yang damai dan membuat nyaman siapapun termasuk non muslim, keturunan China, yang sudah banyak testimoni di sosial media akan kekaguman mereka pada Aksi Bela Islam 411 ini.

Namun saat malam, saat para ulama perwakilan Aksi sedang berdialog di Istana dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, tiba-tiba terjadi kericuhan, ada provokasi entah siapa mulai dan dari mana, Santer dikabarkan HMI yang lakukan provokasi hingga terjadi kericuhan.

Siapa provokator dan darimana? Belum jelas.

Atau sengaja dikaburkan.


Ada 10 provokator yang sempat ditahan Polda Metro Jaya tapi kemudian dilepas lagi dengan alasan tidak cukup bukti.


SIAPA SESUNGGUHNYA PROVOKATOR ITU DAN SIAPA DALANGNYA? Siapa yang telah mencoreng AKSI DAMAI UMAT ISLAM yang dikagumi banyak pihak? Sejarah nanti akan mengungkap kebenaran.

Namun, di jejaring sosial dan di Youtube sudah beredar video saat terjadi kericuhan aksi 411 dimana ada rekaman pernyataan dari Kapolda Metro Jaya Irjen M. Iriawan.

"Kalian Kejar HMI itu"
"Kalian pukulin dia"
"Kamu pukuli HMI itu, memang dia provokator"

Kalimat-kalimat yang dilontarkan Kapolda Metro Jaya ini apa termasuk PROVOKASI? Apakah hal seperti ini dibenarkan?

Berikut videonya yang diunggah akun Muslim Friends di Youtube:

PBNU: Kericuhan di Bela Islam Bukan Ulah Massa Aksi


Media Dakwah - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj mengatakan, pihak penegak hukum harus menindak dan menulusuri dalang kerusuhan di aksi massa bela Islam 4 November di Istana Negara.

�Tugas aparat keamanan adalah menindak pihak-pihak yang ingin menodai niat luhur dari #AksiDamai411. Adapun mengenai kericuhan yang ditimbulkan, kami tidak yakin bahwa itu dilakukan para pengunjuk rasa #AksiDamai411,� ujar dia dalam surat edaran yang diterima redaksi, Senin (7/11).

Dia menduga, kerusuhan yang terjadi di aksi bela Islam itu justru dilakukan oleh kelompok yang ingin merusak niat suci dari tujuan gerakan aksi bela Islam pada 4 November tersebut. Dia pun menyayangkan sikap pemerintah yang lamban melakukan komunikasi politik dengan rakyatnya.

Untuk itu dia mendesak, agar pemerintah untuk melakukan dialog yang lebih intensif dengan seluruh lintas tokoh pemuka agama, sehingga terbangun susunan yang kondusif. �Menyeruhkan kepada rakyat Indonesia untuk bersatu padu, senantiasa membangun ukhuwah dan memperkokoh ikatan kebangsaan kita.�

Dia pun mengapresiasi #AksiDamai411 berjalan dengan demokratis dan beradab sesui dengan niat yang tulus untuk melusurkan kepemimpinan. Karena pada hakikat kepemimpinan adalah teladan yang baik (uswatun hasanah).

�Pemimpin tidak boleh berujar kalimat-kalimat kotor yang menimbulkan kontroversi bahkan melahirkan perpecahan seperti pepatah mengatakan �Keselamatan seseorang adalah dengan menjaga lisannya�,� ujar dia. [akt]

Data Polisi, 350 Luka akibat Ricuh 4 November


Media Dakwah - Pihak Polda Metro Jaya menyebutkan 350 orang terluka usai "Aksi Damai Bela Islam Tegakkan Keadilan melalui Supremasi Hukum" yang berujung ricuh pada Jumat (4/11/2016) malam.

"Total terdapat 350 orang terluka akibat bentrokan aksi tersebut karena kelelahan, sesak nafas, luka terkena lemparan batu dan bambu," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono di Jakarta, Senin (7/11/2016).

Awi menyebutkan jumlah total korban luka berdasarkan data dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Metro Jaya dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Disebutkan Awi, 160 korban luka yang dibawa ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan, 90 orang pada beberapa rumah sakit lainnya dan 100 korban ditangani Biddokkes Polda Metro Jaya.

Korban yang ditangani Biddokkes terdiri dari 79 anggota Polri, lima anggota TNI, seorang petugas pemadam kebakaran dan 15 orang sipil.

Saat ini, korban yang masih menjalani rawat inap sebanyak 13 orang di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, RS Polri Kramatjati dan RS Pelni.

Selain terdapat korban luka, aksi yang digagas Gerakan Nasional Pendukung Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) itu mengakibatkan 21 kendaraan rusak akibat massa bertindak anarkis.

Sebelumnya, sejumlah organisasi masyarakat, keagamaan dan mahasiswa berunjuk rasa menolak penistaan agama di sekitar Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta pada Jumat (4/11/2016).

Awalnya, aksi berjalan damai namun massa mulai anarkis selepas shalat Isya sehingga petugas melepaskan tembakan gas air untuk membubarkan konsentrasi pengunjuk rasa. [ts]