Wednesday, November 9, 2016

Inilah 6 Alasan Masuk Akal Mengapa Kita harus Banyak Anak


Hasil gambar untuk anak tk

Sahabat Ummi, kita tidak akan pernah melupakan sebuah kata pepatah yang hampir basi didengar. Pepatah itu mengatakan bahwa, "banyak anak banyak rezeki." Namun faktanya? Semua umat berbondong-bondong pasang KB agar kelahiran anak dibatasi (mungkin beda kasus ya kalau intruksi karena alasan medis semisal pasca operasi caesar atau alasan medis lainnya) tapi faktanya yang melahirkan normal pun membatasi kelahiran dengan KB.

Selain rezeki, tentu saja ada pertimbangan-pertimbangan lain yang kita pendam untuk memperlambat memiliki banyak anak. Asas kerepotan lah, asas ketidakbisaan membagi waktu lah, asas pekerjaan lah dan lain sebagainya. Namun jika kita gali ke dasar jiwa kita. Ini pasti ada alasan yang sangat masuk akal, kenapa kita mesti banyak anak? Pasti ada alasan yang jelas kenapa sih kita harus memiliki banyak keturunan?

Dan inilah beberapa alasan diantaranya :

1. Banyak anak (memang) banyak rezeki

Ini memang seperti pepatah yang cukup basi ya. Tapi percayalah ini masih relevan kok. Karena semakin banyak keturunan, maka kelak saat kita tua akan semakin banyak yang menyayangi kita, yang mengurus kita, yang akan menenangkan kita saat masa masa kritis di usia lanjut kita.

Bukan hanya itu, rezeki anak selalu saja datang tak terduga. Dan memang begitu adanya. Semisal sebelum memiliki anak kondisi keuangan biasa-biasa saja, cenderung terhimpit bahkan carut-marut. Namun, setelah memiliki anak? Ada adaaa saja ya jalan rezeki yang di buka oleh Allah. Baik lewat karir yang naik, atau usaha yang maju atau tiba tiba ada proyek yang tak terduga dan menghasilkan sejumlah uang? Dan itulah yang kita maksud dengan banyak anak banyak rezeki.

Lantas, bagaimana dengan kondisi finansial yang masih menghimpit dan masih minim  saat banyak memiliki anak?

Percayalah... lebih banyak kemudahan yang di turunkan oleh Allah di bandingkan dengan kesulitan. Lebih banyak nikmat yang di turunkan oleh Allah kepada kita di bandingkan dengan derita. Dan mungkin modal itu yang harus kita syukuri. Dan segala nikmat, segala kemudahan, segala kebahagiaan yang kita miliki adalah rezeki, rezeki dan rezeki yang diberikan Allah untuk kita.

2. Agar mengerti arti tanggung jawab

Sahabat Ummi, memiliki anak artinya memiliki sejumlah tanggung jawab baru. Berbeda dengan kondisi kita yang masih couple, berdua saja, tanpa ada beban tambahan. Namun setelah memiliki anak? Artinya kita akan di hadapkan pada tanggung jawab baru. Beban yang baru? tanggung jawab apa? banyak hal, yaitu: tanggung jawab mendidik anak, tanggung jawab mengurus dari bayi sampai dewasa, tanggung jawab menjaga kehormatan, tanggung jawab memberikan finansial dan segala macam. Dan disitulah kita akan mudah mengerti arti tanggung jawab melalui pendidikan alam, melalui pendidikan hidup selama proses mengemban amanah anak.

3. Agar diri kita semakin tertarbiyah melalui pendidikan alami mengasuh anak

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Itu juga pepatah yang sering kali kita dengar. Dan memang benar adanya, ilmu pengetahuan akan menaikkan derajat kita. Pengalaman yang membuat karir kita semakin meningkat. Pengalaman juga yang akan membuat kita semakin yakin akan kemampuan diri kita. Termasuk kemampuan kita dalam mendidik, menjaga, mendistribusikan ilmu-ilmu kita kepada anak kita.

Pernah ya kita dengar nasihat orang tua kita. �Nanti juga akan bisa dengan sendirinya. Nanti juga akan tahu dengan sendirinya.�

Dan betul, Semuanya akan menjadi tahu melalui pengalaman-pengalaman hidup kita. Dan hal itu akan otomatis secara alamiah akan mentarbiyah diri kita. Mentarbiyah kemampuan kita dalam mengurus anak, mentarbiyah kita dalam mendewasakan hidup kita. Termasuk mentarbiah jiwa-jiwa kita dalam menahan beban, emosi dan segala tantang hidup kita.

4. Agar kita tidak lupa akan jasa-jasa orang tua dahulu

Semakin kita sering mengurus anak kita. Semakin sering kita berinteraksi dengan anak kita. Semakin sering kita mendapat beban dalam mendidik anak kita. Maka diam-diam dalam sanubari kita ada sesuatu yang menelusup. Sebuah perasan angan-angan yang jauh di dasar hati kita mengatakan. �Begini ya rasanya mengurus anak. Begini ya rasanya diri ini marah, sebal, kecewa dan pusing dalam ngurus anak kita.�

Dan hal itu sungguh telah menyadarkan kita cara berbakti kepada orang tua kita sebaik-baik kita berbakti. Dengan cara itu pula kita menjadi sadar sesadar sadarnya kalau perjuangan orang tua kita dalam membesar anaknya sungguh terjal luar biasa. Dan hal itu kemudian akan memberikan efek positif dalam jiwa kita untuk senantiasa ingin berjuang. Berjuang dan terus berusaha bagaimana caranya sekuat tenaga kita untuk tetap membahagikan, tidak pernah mengecewakan kedua orang tuanya.

5. Agar kita semakin giat untuk berusaha

Tantangan, masalah rumah tangga, masalah finansial, tingkat kebutuhan yang menjulang tinggi mengasah kita menjadi orang tua yang tangguh. Mengasah kepribadian orang tua menjadi kedua orang tua yang tak kenal lelah, pantang menyerah dan anti putus asa. Semua hal. Iya, semua hal baik jiwa, harta dan nyawapun akan menjadi taruhan kita dalam memperjuangkan kehidupan anak kita.

Dan dengan banyak anak? maka efek positifnya adalah kita menjadi semakin tertantang untuk mencari rezeki yang lebih banyak. Kita menjadi tertantang untuk terus giat berusaha, dan kita menjadi terdidik untuk anti dalam kemalasan. Kita juga menjadi malu jika kondisi hidup tidak berubah. Dan tentu saja, kehadiran anak-anak kita juga menjadi feedback positif bahwa ada sesuatu yang harus diperjuangkan. Ada sesuatu yang harus di peraturhkan yaitu harga diri di atas anak-anaknya. Dan itu memerlukan kerja keras yang luar biasa harus diperjuangkan.

6. Agar memiliki generasi penerus tanpa putus

Generasi, pengkaderan atau apalah namanya tidak mudah seperti apa yang kita pikirkan, hanya dengan dakwah fardiyah semata. Tapi hal yang paling mendasar adalah di mulai dari diri kita, kemudian keluarga kita, barulah menyebar ke hal-hal lain (baca : orang lain).

Bukankah tujuan kita berumah tangga, tujuan kita menikah dan tujuan kita bepasang-pasangan adalah untuk menambah long list generasi-generasi unggulan di masa depan.


Sumber : ummi-online.com

Mengapa Cinta dalam Pernikahan Bisa Memudar ??


Hasil gambar untuk lelaki dewasa dan lelaki kekanak-kanakan

Sahabat Ummi, jika ada yang beranggapan cinta dalam pernikahan bersifat abadi untuk selama-lamanya, mungkin terlalu banyak menonton drama Korea, India, atau kartun Princess.

Nyatanya, cinta dalam pernikahan pun bisa memudar sebagaimana pakaian yang terlalu sering dicuci. Sehingga cinta antara pasutri itu sendiri perlu dirawat agar tetap bersinar seperti pakaian baru.

Mengapa cinta dalam pernikahan bisa memudar? Berikut ini beberapa alasannya:

1. Tidak adanya upaya pasutri untuk merawat cinta

Kapan terakhir kali menyatakan cinta pada pasangan?

Suami sibuk bekerja, istri sibuk dengan urusannya sendiri, tiap hari bertemu tapi interaksi hanya sekadarnya. Maka cinta pun tidak lagi terawat.

Solusi agar cinta tidak memudar adalah memperbanyak interaksi dengan pasangan, memperbaiki pola komunikasi, sering memuji pasangan, mempersering jalan berdua dan menghabiskan waktu bersama.

2. Lebih tertarik dengan yang lain

Ada kalanya memudarnya cinta lebih disebabkan ketidakmampuan menjaga pandangan serta hati. Sehingga apa yang dilihat di luar rumah dianggap lebih menarik daripada pasangan hidup sendiri.

Solusinya adalah dengan menahan pandangan sebagaimana yang Allah perintahkan dalam al Quran surah An Nuur ayat 30-31.

3. Ekspektasi sebelum menikah terlalu tinggi

Ada pula yang kehilangan cinta pada pasangan dikarenakan ekspektasi atau harapan dirinya terhadap sebuah pernikahan terlampau tinggi, ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi oleh pasangan hidupnya, maka cinta pun memudar.

Solusinya bagi yang belum menikah bisa menurunkan ekspektasi terhadap calon pasangan hidup. Akan tetapi buat yang sudah menikah, solusinya adalah dengan lebih menerima pasangan hidup apa adanya dan tidak lagi memperpanjang angan-angan mengenai pernikahan ideal yang didambakan, apalagi sampai menyudutkan pasangan karena jauh berbeda dengan yang Anda harapkan.

Demikian beberapa penyebab memudarnya cinta dan solusi untuk mengantisipasinya agar tidak menimpa pernikahan Sahabat Ummi. Semoga bermanfaat.


Sumber : ummi-online.com

Ini Sebabnya Pernikahan Bisa Membuat Laki-laki Lebih Dewasa Sedangkan Pacaran Membuat Laki-laki Lebih Kekanakan


Hasil gambar untuk lelaki dewasa dan lelaki kekanak-kanakan

Sahabat Ummi, setujukah bahwa pada umumnya pernikahan bisa membuat laki-laki lebih dewasa, sedangkan pacaran justru sebaliknya, membuat seorang laki-laki lebih kekanakan? Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, berikut beberapa di antaranya:

1. Pernikahan menandakan seorang laki-laki yang bersedia membuat komitmen, sedangkan pacaran adalah untuk laki-laki yang takut berkomitmen

Seorang laki-laki sejati tidak akan takut pada komitmen dalam rumah tangga, karena ia tahu cinta itu membutuhkan tanggungjawab, tidak hanya mereguk kenikmatan lalu melarikan diri dari kewajiban dan kesulitan yang dihadapi.

Laki-laki yang takut berkomitmen bukankah sama seperti anak kecil yang hanya suka bermain tanpa mau membereskan kembali mainan ke tempatnya semula? Dan segera meninggalkan mainan tersebut begitu rusak.

2. Kewajiban menafkahi istri dan anak 'memaksa' laki-laki untuk meninggalkan zona nyaman, tidak adanya kewajiban menafkahi saat berpacaran hanya membuat laki-laki ketagihan luntang-lantung mem-PHP para gadis

Kalau sekadar traktir nonton, traktir makan, sekali-sekali membelikan baju, sebagaimana orang pacaran, sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan uang yang perlu dikeluarkan untuk memberi makan seorang perempuan minimal 3 kali sehari, belum termasuk biaya beli cemilan, dan kebutuhan bulanan seperti shampo, sabun, detergen, pembalut, dan lain sebagainya. Juga biaya cicilan rumah, kendaraan, agar keluarganya mendapat fasilitas yang lebih nyaman.

Apalagi kalau sudah punya anak, harus beli popok, pampers, susu, bubur, dan kebutuhan lainnya. Kewajiban menafkahi inilah yang idealnya bisa memaksa laki-laki meninggalkan zona nyamannya dan menjadi sosok yang lebih bertanggungjawab.

Itulah sebabnya wanita yang rela 'dibeli' waktu dan perhatiannya hanya dengan tiket nonton bioskop, makan bareng, jalan bareng, sungguh merugi... sudahlah tidak dapat pahala, beresiko terjerumus zina, menghabiskan waktu, perhatian, dan cinta pada orang yang belum tentu rela menanggung nafkahnya di kemudian hari.

3. Perbedaan karakter, cara pandang, dan gaya hidup dengan seorang wanita yang sudah menjadi seorang istri akan membuat laki-laki mengurangi kadar keegoisannya, sedangkan kepura-puraan perempuan saat pacaran karena menutupi segala kecacatannya akan membuat laki-laki semakin dimanjakan

Saat seorang perempuan berpacaran kebanyakan menutup-nutupi hal buruk dari dirinya, mengutamakan wajah cantik, berpura-pura sabar, berusaha beradaptasi dengan si yayang dan lainnya yang membuat seorang laki-laki tidak benar-benar paham perbedaan cara pandang, cara berkomunikasi, dan gaya hidup bersama seorang perempuan.

4. Hubungan rumit dengan mertua, ipar, dan keluarga besar istri menjadikan seorang laki-laki memiliki kemampuan beradaptasi dan berlapang dada

Saat pacaran, seorang laki-laki tidak dituntut untuk mengenali dan beradaptasi dengan keluarga pacarnya, beda dengan ketika menikah, di mana ia perlu beradaptasi dengan keinginan dan kebutuhan keluarga besar istri.

Memang pada kenyataannya tidak semua suami bisa menjadi dewasa, ada juga yang selamanya menjadi kanak-kanak dan egois sekalipun sudah menikah bertahun-tahun, namun beberapa hal yang disebutkan di atas merupakan faktor-faktor yang bisa mem-boosting kedewasaan pada diri seorang laki-laki, dan hal tersebut pasti ditemukan dalam ikatan pernikahan.


Sumber : ummi-online.com

9 Tips Praktis Agar Tidak Menjadi Ibu Pemarah


Hasil gambar untuk muslimah cantik

Sahabat Ummi, yang paling penting diingat oleh setiap ibu adalah bahwa anak-anaknya bukanlah miliknya, benar bahwa ibu telah melahirkan dengan susah payah, menyusui hingga dua tahun, tapi tidak lantas hal tersebut menjadikan seorang ibu berhak melakukan apapun pada anak-anaknya! Apalagi memarahi mereka dengan hujan makian dan pukulan.

Anak-anak kita merupakan titipan Allah yang suatu saat akan kita kembalikan, dan Allah akan meminta pertanggungjawaban kita atas titipanNya. Kita selaku orangtua tak ada bedanya sebagaimana seorang tukang parkir yang akan ditanyakan apabila mobil yang diparkir terdapat noda, rusak, atau cacat lainnya. Demikian pula segala perbuatan dan kata-kata yang kita ucapkan pada anak-anak akan diminta pertanggungjawaban oleh pemiliknya kelak.

Maka, berikut ini ada 10 tips praktis agar tidak mudah marah pada anak-anak:

1. Setiap kali merasa kesal dan ingin marah, beri jeda untuk diam sejenak

Ambil jeda untuk diam sejenak, berlalu setidaknya 2 menit dari hadapan anak-anak.

"Anda bisa mengambil waktu istirahat dan keluarlah dari ruangan itu. Bahkan walau hanya 1-2 menit saja," papar psikolog, Laura J. Petracek, PhD, penulis The Anger Workbook for Women. Kuncinya adalah memberi jarak literal dari situasi penuh kemarahan dan memulihkan rasa tenang.

2. Ambil wudhu setiap kali marah

Percayalah bahwa air wudhu bisa mengusir kemarahan. �Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api. Dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, jika seorang di antara kamu marah maka berwudhulah. � (HR. Abu Daud)

3. Ubah posisi tubuh

Cari tempat untuk duduk atau berbaring ketika merasa emosi sedang meninggi.

�Maka apabila salah seorang di antara kamu marah dalam keadaan berdiri maka duduklah. Apabila dalam keadaan duduk maka berbaringlah. � (Riwayat Abu Daud).

4. Peluk anak sambil beristighfar

Ketika sedang kesal pada anak, coba peluklah anak dan bayangkan ia saat masih bayi dulu. Lantunkan istighfar minimal dalam hati untuk mengusir rasa kesal yang bercokol di hati. Nasihati anak dengan baik-baik, katakan bahwa apa yang baru saja ia lakukan bisa membuat ibu marah, jadi ia tidak boleh melakukannya lagi karena berbahaya atau jelaskan sebabnya yang bisa dimengerti anak.

5. Luangkan waktu untuk beristirahat dan pergi ke suatu tempat tanpa anak atau suami

"Me time" sangat penting sekalipun hanya 1-2 jam saja dalam seminggu. Sangat mungkin temperamen memburuk karena terlalu letih dan bosan mengurus pekerjaan rumah.

6. Berhenti mengharapkan anak menjadi sempurna

Setiap anak punya kekurangan, jika anak susah sekali menghapal huruf, alih-alih memarahinya, lebih baik Anda cari metode lain yang lebih menyenangkan dan mudah dimengerti olehnya.

7. Belajar ilmu parenting terupdate

Semakin banyak ilmu tentang parenting, kita akan semakin paham bahwa memarahi anak adalah hal yang buruk, terutama di hadapan orang lain.

�Sesungguhnya ilmu itu dengan belajar, sesungguhnya sifat hilm (lemah lembut) dengan belajar berlemah lembut, barangsiapa yang mencari kebaikan, maka akan diberikan. Dan barangsiapa menjaga kejelekan, maka dia akan dilindungi.� � (HR. Thabrani di �Al-Ausath, 2663 dan dihasankan oleh Al-Albany)

8. Pastikan kondisi tubuh ibu sedang fit

Rasa lapar bisa memantik emosi, demikian juga rasa haus dan kurang istirahat. Bagi yang berharap menjadi ibu yang tidak mudah marah, maka pastikan kondisi tubuh senantiasa bugar. Makan tepat waktu, minum air cukup, tidur cukup, dan selalu jaga stamina dengan konsumsi madu juga habbatussauda.

9. Perhatikan kondisi kesehatan anak

Seringkali anak rewel dan bertingkahlaku menyebalkan bukan karena ingin memancing kemarahan bundanya, tapi karena sedang tidak enak badan. Maka pastikanlah kondisi kesehatan anak ketika ia tampak lebih rewel dari biasanya, apakah perutnya sedang kembung masuk angin, atau mulutnya terkena sariawan, atau jangan-jangan tenggorokannya sedang mengalami radang amandel. Jangan buru-buru marah tanpa tahu kondisi anak yang seutuhnya!


Sumber : ummi-online.com

Walau Ngambek, Istri Jangan Mengatakan Hal Ini pada Suami


Walau Ngambek, Istri Jangan Mengatakan Hal Ini pada Suami

Sahabat Ummi, yang namanya wanita biasanya sangat sensitif dan mudah ngambek begitu terjadi sesuatu yang tidak disenangi.

Akan tetapi wahai muslimah, wahai para istri shalihah, se-ngambek apapun dirimu, jangan sampai mengucapkan hal-hal ini pada suami, karena bisa menjadikan diri kita termasuk istri yang kufur terhadap suami:

1. "Kamu tak pernah berbuat baik padaku sama sekali"

Benarkah pernyataan ini? Padahal mungkin suami kita sudah pontang-panting bekerja mencari nafkah untuk istri dan anak, hanya karena satu kesalahan yang tidak kita sukai, pantaskah jika kita menyebutkan kalimat tersebut?

2. "Apa sih bagusnya kamu? Nggak ada!"

Seburuk-buruknya manusia pasti punya kebaikan, pasti ada hal yang bagus dari dirinya, maka jangan sampai kita mengucapkan hal seperti ini.

3. "Aku tak pernah bahagia bersamamu"

Faktanya, bahagia atau tidaknya diri kita bukanlah tergantung orang lain, melainkan tergantung keputusan kita sendiri. Maka tak patut kita mengucapkan hal ini pada suami, karena bisa menyakiti perasaan suami.

Tahukah bahwa Rasulullah menyatakan banyak wanita masuk neraka karena perkataan-perkataan sejenis itu?

� � dan aku melihat Neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.

Para sahabat pun bertanya : �Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?�

Baginda s.a.w menjawab : �Karena kekufuran mereka.�

Kemudian ditanya lagi : �Apakah mereka kufur kepada Allah?�

Baginda menjawab : �Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : �Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.�� (Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari)

Oleh sebab itu, semoga tulisan singkat ini menjadi pengingat para istri agar tidak sembarangan dalam mengucap sesuatu pada suaminya sekalipun ngambek. Wallaahualam.


Sumber : ummi-online.com

Begini Sebaiknya Istri Bersikap pada Pasang Surut Rezeki Suami


Begini Sebaiknya Istri Bersikap pada Pasang Surut Rezeki Suami

�Giliran dapat transferan, senyum ke suami selegit gulali, kopi manis pun tersaji, Abang Sayang jadi julukan�

�Saat tak ada amplopan, muka cemberut tersenyum kecut, kopi pahit terasa di mulut, Abang tiba tak dihiraukan�

Sahabat Ummi, ada diantara istri yang berlaku demikian terhadap suaminya. Istri yang di saat suaminya memberi rezeki seperti yang ia harapkan, ia akan melayaninya dengan sepenuh hati dan menjalankan kewajibannya dengan paripurna. Tetapi di kala suami pulang dengan rezeki jauh dari bayangan, ia pun enggan memberikan hak suaminya bahkan berani mencelanya.

Lalu, bagaimana sebaiknya istri bersikap terhadap pasang surut rezeki suami?

1. Bersikap Qana�ah

Sikap qana�ah/merasa cukup menjadi benteng terdepan bagi istri, sehingga ia ikhlas menerima berapapun pemberian suaminya, banyak atau sedikit, lebih maupun kurang,  tetap bersyukur atas rezeki dari Allah tersebut.

Dari Abdullah bin �Amr bin al-�Ash, Rasulullah bersabda : �Sungguh sangat beruntung orang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qana�ah (merasa cukup dan puas) dengan pemberian-Nya� (HR Ibnu Majah)

Dari Ibnu �Umar, Rasulullah bersabda : �Wahai kaum wanita, bersedekahlah dan perbanyaklah istighfar karena aku melihat penghuni neraka terbanyak adalah (kaum) kalian.� Kemudian diantara mereka ada  seorang wanita bertanya, �Kenapa (kaum) kami menghuni sebagian besar neraka?� Beliau menjawab, �Karena kalian sering melaknat dan mengingkari (kebaikan) suami�.� (HR Muslim)

2.Berprasangka baik pada suami

Mengedepankan sikap husnudzon/baik sangka. Jangan dulu berpikir buruk saat pemberian suami kurang dari biasanya. Siapa tahu dagangan hari itu sedang kurang laku, barangkali ia memakai uangnya untuk membeli sesuatu yang sangat perlu atau mungkin  ia memberikan ke saudara yang perlu dibantu. Berbaiksangkalah, tidak perlu curiga dan tanyakan dengan hati-hati kalau memang ingin tahu alasannya.

�Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang� (QS Al-Hujurat 12)

3.Sabar dan syukur

Hidup ini antara sabar dan syukur, separuhnya iman itu sabar, lalu separuhnya lagi adalah syukur (Imam Ghazali). Sabar dan syukur menjadi kunci utama bagi istri sehingga tak akan membedakan perlakuan terhadap suami, baik kurang atau lebih rezeki yang diberi.

�Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: �Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.� (QS Ibrohim  7)

�Sungguh menakjubkan orang beriman, semua urusannya baik bagi dirinya. Dan itu tidak akan terjadi kecuali pada orang beriman. Apabila diberi sesuatu yang menyenangkan, ia akan bersyukur, dan apabila diberi musibah/sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan bersabar. Dan kedua-keduanya baik baginya� (HR Muslim)

4.Hargai perjuangan suami

Daripada meributkan rezeki hasil jerih payah suami, lebih baik apresiasi perjuangannya untuk mendapatkan rezeki itu. Bayangkan saat suami harus sabar berhadapan dengan atasan yang terlalu menekan, wajib hati-hati bekerja karena resiko pekerjaan yang rentan kecelakaan, mesti menembus kemacetan untuk pergi dan pulang, juga  harus bersahabat dengan cuaca saat bekerja di lapangan. Jadilah istri yang tersenyum indah saat menyambut suami, ridha menerima pemberiannya, mendamaikan segala keluh kesahnya, mendoakan kelapangan rezekinya pun selalu bersyukur pada Allah atas segala nikmat-Nya.



Sumber : ummi-online.com
Oleh : Dian Restu Agustina,

Tak Hanya Pukulan, 4 Hal Ini Juga Tergolong KDRT


Hasil gambar untuk kdrt

Sahabat Ummi, jika disebutkan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) mungkin yang terbayang di benak kita adalah seorang suami yang memukuli atau menampar istrinya, akan tetapi sebenarnya KDRT tidak hanya soal pukul-memukul, ada hal-hal lain yang termasuk KDRT dan perlu untuk kita kenali.

Kekerasan dalam rumah tangga dalam Undang-undang No.23 Tahun 2004 diartikan sebagai setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

�Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam rumah�. (HR. Abu Dawud)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah telah melarang para suami untuk berbuat KDRT, beberapa tindakan yang dilarang antara lain sebagai berikut:

1. Larangan 'bersenang-senang' sendirian

Para suami dilarang egois, ketika suami makan... ingatlah istri, sudahkah engkau memberi istrimu makan? Ketika berpakaian bagus, perhatikanlah juga pakaian yang dikenakan istri dan anak-anakmu! Termasuk perbuatan dosa dan KDRT jika seorang suami tidak memberi makan orang-orang yang menjadi tanggungannya, bahkan membiarkan istri yang bekerja menafkahi rumah tangga.

Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam bersabda: "Cukuplah dosa bagi seseorang dengan ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya." (HR. Abu Daud)

Di dalam sabda Rasulullah yang lain disebutkan : "Cukuplah seseorang itu dikatakan berdosa orang-orang yang menahan makan (upah dan sebagainya) orang yang menjadi tanggungannya." (HR. Muslim)

2. Larangan memukul wajah

Ketahuilah bahwa memukul wajah amat dilarang dalam Islam. Dari Jabir, ia berkata, �Rasulullah shallallahu 'alihi wa sallam melarang memukul di wajah dan memberi alamat (dengan menggores) di wajah� (HR. Muslim III/1673 no 2116)

Jelas bahwa suami yang menampar, memukul, melukai hingga menyakiti fisik sang istri adalah perbuatan KDRT yang tak dibenarkan secara agama, hukum, dan norma adat. Kalaupun istri melakukan kesalahan, ada aturan dalam memukul istri yang harus diperhatikan, terutama tak boleh melukai bagian wajah.

3. Larangan menjelekkannya

Ketika seorang suami menjelek-jelekkan istrinya, dengan cara menghina, memaki, bertengkar hebat, sehingga merusak psikologis sang istri, menjadi rendah diri, ketakutan, sedih, hal tersebut sudah bisa dikategorikan KDRT.

�Tidak boleh seorang mukmin menjelekkan seorang mukminah. Jika ia membenci satu akhlak darinya maka ia ridha darinya (dari sisi) yg lain.� (Hadits shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thahawi dalam al-Musykilul Atsar (VI/343, no. 2523), Ibnu Majah (no. 1977), dari Ibnu �Abbas radhiyallaahu �anhuma)

4. Jangan mendiamkannya kecuali di rumah, itu pun karena istri melakukan kesalahan

Suami tidak boleh memboikot istri tanpa alasan syar'i. Jika istri membangkang, maka suami boleh melakukan pemboikotan di rumah. Mengenai cara memboikot istri, para ulama memberikan beberapa cara sebagaimana diterangkan oleh Ibnul Jauzi:

Tidak berhubungan intim terutama pada saat istri butuh

Tidak mengajak berbicara, namun masih tetap berhubungan intim

Pisah ranjang (Lihat Zaadul Masiir, 2: 76).

�Tidak halal bagi seorang muslim melakukan hajr (boikot dengan tidak mengajak bicara) lebih dari tiga hari.� (HR. Bukhari no. 6076 dan Muslim no. 2558).

Jika suami memboikot istri padahal istri tidak melakukan pembangkangan, maka apa yang dilakukan suami tersebut termasuk KDRT, terutama jika menyakiti istri secara psikologis dan emosional. Wallaahualam.



Sumber : ummi-online.com