Monday, November 7, 2016

CATAT ! MUI Tidak Perlu Klarifikasi Ahok Sepanjang Bukti Cukup Kuat.

CATAT ! MUI Tidak Perlu Klarifikasi Ahok Sepanjang Bukti Cukup Kuat.

Media Dakwah - Politikus PDIP Hamka Haq menyinggung putusan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang langsung 'memvonis' Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bersalah melakukan penistaan agama tanpa melakukan klarifikasi. Apa respons MUI?

Wakil Ketua MUI Pusat Zainut Tauhid mengatakan, dalam mekanisme penetapan fatwa MUI membentuk tim. Keanggotaannya terdiri dari komisi atau gabungan dari beberapa komisi, tergantung cakupan masalahnya.

Terkait kasus kontroversi pidato Ahok yang dianggap telah menistakan agama, lanjut Zainut, MUI telah membentuk tim yang keanggotaannya melibatkan banyak komisi. Masalah ini dinilai serius, sehingga banyak komisi yang dilibatkan.

"Tim telah bekerja sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan," kata Zainut saat dihubungi detikcom lewat telepon, Senin (7/11/2016).

"Persoalan apakan harus mekakukan tabayyun (klarifikasi) kepada pihak terlapor itu tidak menjadi keharusan sepanjang data pendukungnya sudah cukup kuat. Beberapa putusan fatwa misalnya, fatwa tentang Gafatar, fatwa tentang Lia Eden, fatwa tentang Al Qiyadah al-Islamiyah dan masih banyak fatwa yang serupa yang lainnya, semua itu kami tidak memanggil terlapor. Jadi sudah ada yurisprudendinya. Dan oleh penegak hukum diakui kedudukannya," sambung Zainut memaparkan.

Zainut mengingatkan agar pihak-pihak lain sebaiknya tidak usah sibuk mengurusi rumah tangga MUI. Keputusan yang sudah menjadi ketetapan MUI harus dihormati.

"Secara hukum dan moral MUI siap mempertanggungjawabkan kepada umat dan negara," ucapnya.[detik

Sekretariat HMI Didatangi Puluhan Polisi, Sekjen HMI Dibawa Tengah Malam.

Sekretariat HMI Didatangi Puluhan Polisi, Sekjen HMI Dibawa Tengah Malam.

Media Dakwah - Polisi menangkap mahasiswa bernama Ismail Ibrahim (23) yang diduga kuat jadi perusuh saat aksi demo 4 November 2016. Tidak lama setelah itu, polisi mengamankan Sekretaris Jenderal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ami Jaya. Ami dijemput polisi di gedung Sekretariat PB HMI, Jakarta Selatan.

"Iya benar bahwa Sekjen kami ditangkap polisi," ujar Wasekjen PB HMI Ilham Akbar saat dihubungi detikcom lewat telepon, Selasa (8/11/2016) dini hari tadi.

Menurut Ilham, Ami dijemput polisi di Sekretariat PB HMI, Jalan Sultan Agung No 25A, Jakarta Selatan, sekitar pukul 00.00 WIB dini hari. Polisi datang dengan membawa surat penangkapan dan penggeledahan di gedung tersebut. 

Awalnya, pihak HMI menolak menyerahkan Ami Jaya dengan alasan akan diantarkan sendiri oleh pengurus HMI ke pihak kepolisian. "Awalnya kami tidak mengizinkan untuk dibawa paksa," ujar Ilham.

Karena Ami Jaya tidak diizinkan dibawa, lanjut Ilham, polisi yang berjumlah lebih dari 10 orang tiba-tiba berniat membawa Ketua Umum PB HMI Mulyadi ke dalam mobil polisi. Tindakan itu sempat dicegah oleh beberapa pengurus HMI.

"Setelah melakukan dialog, maka kami memberikan syarat Ami Jaya akan kami bawa ke polisi tanpa menggunakan kendaraan dari pihak kepolisian," ucapnya.

Ami Jaya saat ini telah berada di Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan dari pihak kepolisian. Belum ada informasi dari polisi terkait dijemputnya Sekjen HMI ini untuk diperiksa.

Sebelumnya, Polisi menangkap Ismail Ibrahim yang diduga kuat melakukan penyerangan ke aparat dalam aksi demo 4 November. Dia diringkus di rumah anggota DPD RI Basri Salama.

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F Kurniawan mengatakan, Ismail Ibrahim diduga ikut melakukan penyerangan terhadap aparat. "Yang bersangkutan melakukan penyerangan kepada petugas karena ikut teman yang lain yang sudah melempari dan menyerang serta terprovokasi oleh kata-kata dari orator di atas mobil komando untuk tidak takut dan terus maju," kata Hendy saat dikonfirmasi detikcom.

Hendi menyebut, Ismail merupakan mahasiswa semester 5 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Sosiologi di sebuah kampus swasta di Jakarta Selatan. Dia juga merupakan ketua Himpunan Mahasiswa Sosiologi.[detik]

Mahasiswa Islam UI Dukung Ulama, Serukan Petisi Kawal Kasus Ahok

Mahasiswa Islam UI Dukung Ulama, Serukan Petisi Kawal Kasus Ahok

Media Dakwah - Mahasiswa yang tergabung dalam Nuansa Islam Mahasiswa (Salam) UI mengeluarkan pernyataan sikap atau petisi terkait keberhasilan para ulama pada 4 November yang menuntut kasus penistaan agama yang diduga dilakukan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Salam UI menyatakan, sebagai bagian dari masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kebhinekaan, keadilan serta perdamaian, mahasiswa berhak mengambil peran.

Salam UI menyampaikan apresiasi terbaik bagi seluruh elemen, terutama para ulama, yang telah mencipta sejarah menyatukan umat muslim dari berbagai penjuru nusantara dalam jumlah yang besar untuk menyuarakan aspirasi bagi negeri sebagai bagian dari dinamika kehidupan berdemokrasi. Sebuah penyampaian aspirasi yang menyejukkan, tertib dan damai, sebagaimana dinilai oleh Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) dalam konferensi pers Sabtu, 5 November 2016.

"Bahwa sebagian kecil kericuhan yang terjadi pada malam tanggal 4 November 2016 memunculkan hikmah dan pelajaran berharga bagi umat Islam untuk lebih waspada dan selalu merapatkan barisan agar terhindar dari provokasi serta kemungkinan penyusupan oleh orang-orang yang berusaha menciderai nilai-nilai perdamaian serta kemuliaan Islam di berbagai agenda kebaikan yang akan dilaksanakan kedepan," kata Ketua LDK Salam UI, Rangga Kusumo di Depok, Senin 7 November 2016.

Pihaknya berharap, polisi sebagai pelayan masyarakat dalam hal harus juga mampu bertindak lebih bijak dalam menyikapi setiap kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi dalam setiap momen aksi, tidak ikut terprovokasi, menghindari tindakan represif serta tetap bersama-sama menjaga situasi berjalan dengan tertib dan damai. Rangga menambahkan, Salam UI menyampaikan kekecewaannya kepada Presiden RI Joko Widodo sebagai pemimpin tidak bersedia hadir menemui massa aksi di Istana Negara.

"Salam UI tetap mengapresiasi tercapainya beberapa kesepakatan antara kaum muslimin yang diwakili oleh para ulama dengan para pemangku kebijakan terkait kasus dugaan penodaan agama ini," katanya.

Rangga menambahkan, berdasarkan poin kesepakatan tersebut, Salam UI mendesak pemerintah, DPR/MPR serta aparat penegak hukum untuk bertindak cepat, tegas, profesional dan transparan dalam memproses kasus ini.

Juga berdasarkan pada UUD 1945 pasal 28 D ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, maka Salam UI berkomitmen siap bekerjasama dengan elemen lainnya untuk terus mengawal proses hukum kasus ini agar tidak terjadi diskriminasi hukum hingga terciptanya keputusan akhir yang seadil-adilnya.

"Teruntuk seluruh umat Islam di Indonesia agar tetap saling menguatkan, bersiap siaga dan mendukung satu sama lain dalam mengawal proses hukum yang sedang berlangsung. Tunjukkan juga bahwa kita masih percaya terhadap penegakkan hukum di Indonesia," katanya.[sindo

Amien Rain : Hai Bung Jokowi, Bangun, bangun, bangun !

Amien Rain : Hai Bung Jokowi, Bangun, bangun, bangun !

Media Dakwah - Demo ummat Islam yang dipimpin para ulama, zuama, dan habib Jakarta plus tokoh-tokoh berbagai kalangan (LSM, musisi, politisi, dll) 4 November lalu berlangsung damai. Memang ada kericuhan sekitar pukul 20.00 WIB, tetapi secara keseluruhan aksi itu berakhir damai. Alhamdulillah.

Saya berada di tengah massa pengunjuk rasa yang jumlahnya mungkin tiga kali lebih besar dari demo politik 20 Mei 1998 di halaman gedung DPR/MPR yang dijuluki sebagai people power Indonesia. Saya terharu melihat kehati-hatian para pemuda yang berdemo itu. Terlalu sering saya mendengar seruan para satgas: �Awas, jangan menginjak-injak rumput�, �Hei, hei, jangan menginjak tanaman�, juga seruan �Hati-hati, hati-hati, provokasi.�

Karena itu, di pengujung demo ketika terjadi pembakaran tiga mobil polisi, saya yakin, kejadian itu mustahil dilakukan demonstran. Mereka tulus dan tampak gembira sambil saling mengingatkan bahaya provokasi dari luar. Di samping pekikan takbir, lagu-lagu perjuangan juga terus diperdengarkan.

Soal cinta mereka pada sang saka merah putih juga sangat mengesankan. Seorang Satgas bercerita pada saya, dia dan teman-temannya kecewa berat ketika pada 3 November sore mencari bendera merah putih ke Pasar Senen, ternyata sudah ludes. Bendera merah-putih dengan berbagai ukuran sudah diborong habis peserta demo.

Kita juga melihat bendera merah putih ukuran raksasa dibentangkan di atas kepala ribuan pendemo yang berkerumun di Bundaran Bank Indonesia. Allahu Akbar. Kesetiaan pada agama dan cinta Tanah Air dari lautan manusia itu membuat banyak mata berkaca-kaca. Bahkan, banyak ibu-ibu yang mengusap air mata yang mengalir di pipi mereka.

Bung Jokowi, rasanya demo 4 November lalu adalah terbesar yang pernah terjadi di persada Indonesia. Sekali-kali jangan Anda remehkan. Dari Maluku sampai Aceh, dari Medan sampai Malang, dari Solo sampai Makassar, dari semua kota besar dan mungkin semua kabupaten, masyarakat bergerak ikhlas dan spontan menuntut hal yang sama: Adili Ahok, penista Alquran dan penghina ulama, secepat mungkin.

Tidak mungkin ada seorang tokoh dengan karisma sehebat apa pun, tidak ada koodinator lapangan (korlap) dengan biaya sebanyak apa pun, dan tidak ada kekuasaan yang berasal dari mana pun dapat menggerakkan jutaan anak bangsa dengan tuntutan yang sama.

Bung Jokowi, saya yakin aksi damai 4 November itu digerakkah para malaikat. Ramalan cuaca Badan Meteorologi mengatakan 4 November akan ada hujan lebat. Ternyata? Mendung merata melingkupi Jakarta sehingga demonstran ikut sejuk hatinya, di samping memang sudah diniatkan sejak awal harus menjadi demo sejuk dan damai.

Sesuai ramalan ilmiah BMKG, harusnya Jakarta mengalami hujan dan petir di Jumat siang. Namun tidak ada gerimis, tidak terlihat kilat petir, apalagi geluduk yang sering membarengi hujan lebat. Manusia boleh meramal, tapi takdir Allah yang berjalan.

Bung Jokowi, saya dapat sepenuhnya memahami, bila ratusan ribu (ada yang memperkirakan sekitar satu juta orang) peserta aksi damai 4 November itu sangat kecewa dengan Anda. Bukankah Anda Presiden mereka juga?

Mengapa Anda memilih menghindar dan pergi ke bandara melihat-lihat hal sepele yang bisa Anda tunda kapan saja? Mengapa Anda menggunakan teknik prokrastinasi (mengulur-ulur waktu), mengabaikan hal mendesak yang harus segera diatasi dan mengalihkan perhatian ke sasaran lain yang jelas dapat ditunda?

Ketika kita kaget demo 14 Oktober di depan Balai Kota dan Kantor Bareskrim menghadirkan puluhan ribu orang, dengan tuntutan yang Anda tentu sudah mahfum, tiba-tiba Anda menggebu bicara pungli. Pungli! Teknik prokrastinasi itu ternyata kandas.

Mestinya Bung Jokowi tidak mengulangi teknik yang sama menghadapi demo 4 November, yang menurut saya, sudah sampai ke tahapan unstoppable. Tidak mungkin lagi dapat dihentikan. Dengan memakai teknik apa pun, apakah dengan ancaman, hardikan, dengan iming-iming berbagai janji yang membius, yakinlah, semuanya akan kandas.

Namun Bung Jokowi, kita mengucap alhamdulillah, setelah kita mendengar garansi Anda tentang kasus skandal Ahok yang Anda sampaikan di Istana pada dini hari 5 November. Sikap Anda yang tegas memang sudah ditunggu dalam sebulan terakhir ini.

Setelah Anda kabur menghindar, akhirnya Anda berjanji, �...bahwa proses hukum terhdap saudara Basuki Tjahaja Purnama akan dilakukan secara tegas, cepat, dan transparan� kemudian, Anda mengatakan sesuatu yang melegakan, �Biarkan aparat keamanan menyelesaikan proses penegakan hukum seadil-adilnya.� Dus, penegakan hukum atas skandal Ahok yang tegas, cepat, transparan, dan adil.

Bung Jokowi, satu hal penting harus saya ingatkan. Dalam kehidupan orang Jawa, harga diri keluarga, dan harga diri menyangkut hak milik kita wajib kita dilindungi. Guru bahasa Jawa saya di SMP Muhammadiyah Solo menyuruh murid-muridnya menghafal di luar kepala selusinan petatah-petitih Jawa. Antara lain: sadumuk bathuk sanyari bumi, pecahing dada, wutahing ludira, ditohi pati.

Karena Anda juga lahir dan besar di Solo, guru bahasa Jawa Anda tentu juga mengajarkan hal ini. Bila satu atau dua jari lelaki lain berani sembarangan memegang dahi istri, orang Jawa akan mengambil risiko dadanya terbelah dan darahnya tumpah, bahkan nyawa pun dipertaruhkan untuk melindungi kehormatan keluarga. Demikian juga bila sejengkal tanah miliknya diserobot orang lain.

Bung Jokowi, orang beriman menempatkan Allah, Rasul, dan Kitab Suci-Nya jauh di atas sadumuk bathuk, sanyari bumi tersebut. Alquran  surat At-Taubah 24 dengan jelas menerangkan, bila kaum beriman mencintai bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluarga dekat, harta kekayaan mereka, perniagaan yang ditakuti ruginya, sampai rumah yang disenanginya ternyata lebih besar dari cinta pada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya, maka mereka dipersilakan menunggu keputusan (palu godam) dari Allah.

Bung Jokowi, lautan manusia yang berdemo di depan Istana 4 November lalu sedang mengekspresikan kecintaan puncak pada agama mereka. Kami bukannya tidak tahu kesulitan Anda menghadapi skandal Ahok itu. Ibarat menghadapi buah simalakama, mungkin tepat sebagai analogi posisi Anda menghadapi skandal Ahok. Memang sangat dilematis.

Bila Anda dorong proses hukum yang tegas, cepat, transparan, dan adil, dan hasil logisnya Ahok terkena hukuman badan, sejumlah pemodal yang cukup digdaya yang mungkin telah banyak membiayai kampanye Anda sewaktu maju di Pilkada Jakarta dan kemudian pilpres, akan marah besar.

Karena itu, Anda jadi gamang. Ahok adalah kunci awal untuk melicinkan rencana besar mereka buat negara kita. Ini hipotesis saya.

Sebaliknya, bila Ahok lolos dari jeratan hukum karena praktik hukum Indonesia sering bisa dibengkak-bengkokkan, sebagian rakyat (sebagian besar rakyat, saya yakin), akan membuat perhitungan dengan Anda. Dengan kata lain, people power yang dikhawatirkan banyak kalangan bisa menjadi kenyataan.

Akhirnya, Bung Jokowi, saya harap dalam situasi pelik ini sisa-sisa jiwa petarung Anda dapat muncul lagi. Anda dulu, sebagai wali kota Solo berani menentang keinginan pemodal besar yang ingin membangun mal di atas lahan bangunan kuno bekas pabrik es Saripetojo.

Alasan Anda tegas: keberadaan mal bisa menggerus rezeki rakyat kecil yang sudah puluhan tahun berdagang di sekitar lokasi. Malah bangunan pabrik es itu (didirikan pada 1888) layak dijadikan cagar budaya.

Jiwa petarung Anda muncul lagi setelah jadi presiden. Anda tetap melaksanakan hukum mati 10 orang bandar narkotika, semuanya asing, kecuali satu. Tjahjo Kumolo mengatakan, Anda berprinsip sekalipun ada 1.000 negara lain dan 1.000 Sekjen PBB mengancam, hukum mati tetap dilaksanakan. We were proud of you.

Ayo, Bung Jokowi, kali ini tunjukkan jiwa petarung Anda. Jangan sampai muncul people power di Indonesia gara-gara seorang Ahok. Anda tahu, di Amerika Latin, di Timur Tengah, dan di Asia tidak ada kepala negara dapat mengalahkan people power rakyatnya. Kita sudah dua kali menyaksikan itu di Indonesia. Pada 1966 dan 1998.

Saya yakin Anda bisa. Dengarkan baik-baik masukan dari berbagai kalangan, jangan hanya mendengarkan orang sekeliling yang pasti bermental ABS. Seorang pemimpin runtuh biasanya karena masukan picik orang-orang sekeliling sang pemimpin. Orang-orang yang berpikir jangka pendek dan kehilangan wawasan jangka panjang dan buta, tuli, serta pekok terhadap kepentingan nasional bangsanya.

Bung Jokowi, hari sudah menjelang pagi. Bangun, bangun, bangun..!.[republika]

Apresiasi Prajurit, Jokowi : "Sebagai Panglima Tertinggi TNI, Saya..."

Apresiasi Prajurit, Jokowi : "Sebagai Panglima Tertinggi TNI, Saya..."

Media Dakwah - Presiden Joko Widodo kemarin mengunjungi sejumlah pihak yang berkaitan dengan aksi demonstrasi 4 November lalu. Dimulai dari Mabes TNI AD.

Di lokasi tersebut, Presiden mengapelkan 2.185 pasukan yang terlibat dalam pengamanan aksi demonstrasi.

Dia mengapresiasi kerja keras para prajurit dalam mengamankan jalannya aksi sehingga berlangsung damai sampai selesai.

��Saya yakin bukan hanya saya, namun seluruh rakyat Indonesia memberikan apresiasi atas soliditas, kekompakan, dan penggunaan caracara persuasif,�� tuturnya.

Dia ingin TNI dan Polri menjadi agen utama dalam mempersatuakan bangsa Indonesia yang terdiri dari 17 ribu pulau, beragam suku, ras, dan agama.

TNI dan Polri diminta untuk tidak ragu-ragu bertindak untuk menjaga keutuhan bangsa.

��Sebagai panglima tertinggi TNI, saya telah memerintahkan agar tidak mentolerir gerakan yang ingin memecah belah bangsa, mengadu domba bangsa dengan provokasi dan politisasi,�� tegasnya.

Disinggung mengenai aktor politik yang dituding melakukan provokasi, Jokowi menjawab diplomatis. ��Nanti kita lihat, nanti kita lihat,�� ucap Kader PDIP itu.

Begitu pula saat sorenya Jokowi mengunjungi kantor PBNU. Dia diterima oleh Rais Aam PBNU KH MA�ruf Amin dan Ketua Umum Tanfidziyah NU KH Said Aqil Siroj.

Dia mengapresiasi NU yang menjadi penyangga utama NKRI dan Pancasila. Khususnya, yang berkaitan dengan toleransi dan persatuan bangsa.

Selain itu, dia mengapresiasi jajaran PBNU atas pernyataan-pernyataan yang mampu mendinginkan suasana.

��Sehingga demo 4 Nvember kemarin sampai sore berjalan dengan baik dan damai,�� terang mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Sementara itu, Said Aqil secara terbuka melontarkan kritik atas pernyataan Jokowi yang menyebut kerusuhan usai aksi demo ditunggangi aktor politik.

��Tidak tepat untuk menstigma bahwa aksi damai 4/11 ditunggangi oleh kelompok-kelompok tertentu,�� ujarnya.

Menurutnya dia, lebih baik aksi demonstrasi tersbeut menjadi pelajran bagi semua pihak.

Dia juga menilai pemerintah lamban dalam melakukan komunikasi politik dengan rakyat. NU mendesak pemerintah agar segera berdialog secara lebih intensif dengan seluruh tokoh lintas agama dan para pemuka masing-masing agama.

Harapannya, ke depan bisa terbangun suasana yang lebih kondusif.

Khusus bagi warga NU, Said Aqil mengingatkan bahwa umat Islam Indonesia masih punya agenda besar.

Ada tantangan ekonomi, budaya, radikalisme, dan terorisme yang masih harus diselesaikan bersama-sama demi kemaslahatan umat.

��Jauh lebih besar daripada ngurusi yang satu orang ini lah (ahok),�� tambahnya.[jpnn]

Ini Penjelasan Kenapa NU Tidak Turun dalam Demo 4 November


Ini Penjelasan Kenapa NU Tidak Turun dalam Demo 4 November

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Imam Aziz menjelaskan argumentasi NU yang tidak melibatkan diri dalam demonstrasi pada 4 November 2016. Menurut Imam Aziz, sikap NU terhadap demonstrasi 4 November didasarkan pada pandangan moderat yang menjadi prinsip dasar NU.

Demikian disampaikan H Imam Aziz dalam pertemuan nasional yang diselenggarakan Lakpesdam NU di Hotel Kartika Chandra Jalan Gatot Subroto Kav 18-20, Jakarta, Senin (7/11) siang.

�Kenapa tanggal 4 November 2016 lalu, NU tidak ikut berdemonstrasi. Warganya boleh turun, tetapi tidak boleh membawa atribut NU. Bagaimana memahaminya?� kata Imam Aziz.

Prinsip moderat ini tampak ketika PBNU memberikan hak terhadap nahdliyin untuk mengekspresikan aspirasinya. Namun, NU secara kelembagaan tidak mengambil suara dan sikap seperti ormas lain.

Inilah, kata Imam Aziz, prinsip dasar moderatisme NU. Suara dan sikap moderat NU itu berdiri di atas pijakan keagamaan. Ia mengutip Surah Ali Imran ayat 159. �Fa bim� rahmatim minall�hi linta lahum. Wa law kunta fazhzhan ghal�zhal qalbi lanfadldl� min haulik. (Hanya dengan rahmat dari Allah, engkau [Nabi Muhammad SAW] menjadi lembut terhadap mereka. Kalau engkau bengis dan keras hati, niscaya mereka akan lari dari sekitarmu).�

Menurutnya, sikap moderat NU didasarkan pada ayat ini. Ayat ini mendorong NU untuk menyelesaikan masalah melalui musyawarah atau dialog.

�Ayat ini cukup lengkap. Prinsip ini yang dipegang oleh NU mulai tingkat pengurus besar, wilayah, cabang, sampai ranting NU.�


Sumber :muslimoderat

Setelah Aksi 4 November, Masyarakat akan Tahu Pemerintah Adil Atau tidak


Berita Hangat Kuku - Pemerintah meminta waktu untuk menyelesaikan proses hukum perkara penistaan agama dan Alquran. Pemerintah pun diminta untuk menuntaskan janjinya, menyelesaikannya dengan baik, secara transparan dan jangan ada rekayasa.

"Masyarakat itu membacanya dengan hati nurani, jadi begitu ketahuan ada rekayasa, masyarakat akan tahu," ungkap cendikiawan Muslim sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MSc kepada Republika, Senin (7/11)

Direktur Program Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor ini menerangkan, masalah perkara penistaan agama dan Alquran bukan sekadar keadilan. Tapi juga berkaitan dengan sense of justice (rasa keadilan).

Ditegaskan oleh kiai Didin, kalau sudah menyangkut rasa keadilan, begitu dirasakan sudah tidak adil maka dampaknya akan sangat besar.  Menurutnya, jangan masyarakat yang selalu di salahkan.

Masyarakat melakukan aksi unjuk rasa dengan damai. Mereka melakukannya untuk menyampaikan aspirasi karena perkara penistaan agama dan Alquran bukan masalah kecil. "Masalah agama, keyakinan, kitab suci yang jadi pedoman kehidupan kita," ujarnya.

Ia menegaskan, umat Islam juga sebaiknya tidak hanya mengawal proses hukum yang dilakukan pemerintah. Tetapi juga harus melihat dengan baik, membuat laporan dan membuat catatan.

Muslim yang memiliki kepedulian disarankan berkumpul untuk melihat proses hukum yang dilakukan pemerintah sejak awal. Mulai dari proses pengamblan saksi. Hal tersebut harus dikawal oleh para advokat muslim dan nasionalis yang cinta kepada kebenaran dan keadilan. SUMBER (rol)